Pengertian dan Tinjauan umum PPIC (Production Planning and Inventory
Control) – PPIC Overview
PPIC (Production Planning and Inventory Control) adalah suatu departemen atau sub departemen di sebuah perusahaan, yg secara
garis besar bertanggung jawab dalam meng-koordinasikan pengadaan barang/jasa/
produk jadi/finished product dan mengontrol/mengendalikan persediaan.
Dalam artikel ini kita
akan belajar mengenai PPIC di perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk
jadi.
PPIC umumnya berada di
bawah Logistics department, atau Materials Management department, atau Supply
Chain department atau lainnya tergantung dari struktur organisasi yang telah
ditentukan oleh Manajemen perusahaan, contoh: Logistics Department membawahi
sub departemen PPIC dan Warehouse. Contoh lain adalah Supply chain department
dapat membawahi sub departemen PPIC, Warehouse, Demand Planning, dan
Procurement.
Di perusahaan yg besar
yg memiliki ratusan atau ribuan item persediaan, pimpinan departemen PPIC
adalah seorang Manager, tetapi utk perusahaan lebih kecil dipimpin oleh seorang
Supervisor atau bahkan Section Head. PPIC Manager atau PPIC Supervisor bekerja
sama dalam team yg terdiri dari 2-3 orang, tergantung pada banyak tidaknya
jumlah item persediaan dan sistem PPIC yang masih manual atau sudah
computerized.
Sekali lagi, mengenai
struktur organisasi dan jumlah team, sesuai kebutuhan perusahaan dan kebijakan
manajemen perusahaan.
Tugas utama PPIC adalah membuat production plan (rencana
produksi) dan inventory control (mengendalikan persediaan). Dalam melaksanakan
tugasnya ada batasan-batasan yang harus dipenuhi, misalnya inventory level
tidak boleh melebihi 1 bulan stock, memaksimalkan kapasitas produksi untuk
efisiensi dalam hal pemakaian listrik dan tenaga kerja, dsb. Dan
batasan-batasan lain yang pada dasarnya adalah untuk mencapai 4 diantara banyak objectives perusahaan berikut ini :
1. High Customer Service
Level
2. Low Inventory Level
3. Low Production cost
4. High Quality
Pengertiannya
kurang-lebih seperti berikut ini:
1. High Customer service
level artinya dapat memenuhi semua order customer, misalnya dengan target 100%.
2. Low Inventory level
mendekati zero level artinya jumlah persediaan/inventory yg dimiliki harus
berada pada level yg wajar, tidak terlalu tinggi karena berarti uang mati/tidak
bergerak dan tidak terlalu rendah, karena akan menyebabkan permintaan customer tidak
terpenuhi atau jika terpenuhi pun dgn biaya overtime produksi yg mahal.
3. Low Production cost yg
terkait dgn PPIC diantaranya adalah tidak terlalu sering ganti produk sehingga
menyebabkan biaya pergantian produk/change over tinggi, tidak ada kekurangan bahan
baku pada saat produksi sedang berlangsung, shg menyebabkan produksi terhambat,
dsb.
4. High Quality yg
terkait dgn PPIC adalah meskipun harus memenuhi tujuan 1 sampai 3, kualitas
produk tetap yg utama, dalam hal ini yg terkait PPIC adalah menerbitkan PR
(Purchase request) kepada Purchasing dan menerbitkan MO (Manufacturing order)
kepada Production, harus sesuai dengan Leadtime yg telah disetujui semua pihak.
Karena leadtime yg kurang dari ketentuan akan memicu kualitas yg rendah dan
biaya produksi tinggi, kecuali dengan koordinasi yg ketat dan sudah disepakati
oleh bagian yg terkait, misalnya Purchasing bahwa PR yg kurang dari leadtime
tsb dapat dipenuhi karena bahan baku ready stock di supplier dan bagian
Produksi, karena urgent maka line produksi di-switch utk mendahulukan MO tsb,
demikian juga bagian Quality control akan mengutamakan pemeriksaan MO tsb, dan
terakhir bagian Warehouse atau Expedisi, jika produk sdh release QC maka
harus segera mengirimkannya ke customer.
Ada 4 tahap sistem
perencanaan di perusahaan manufaktur yaitu:
1. Planning
2. Execution
3. Monitoring
4. Evaluation

Semua departemen
berkoordinasi untuk mencapai tujuan dari top manajemen yg telah ditetapkan pada
strategic business plan.
PPIC sangat berperan
di tahap Planning, sedangkan Produksi dan Procurement, dan departemen lain
berperan di tahap Execution. Monitoring juga dilakukan PPIC, sedangkan
Evaluation dilakukan oleh semua departemen.
Strategic business
plan ditentukan oleh top management, dan strategic business plan yg terkait
dengan sistem planning di pabrik adalah Sales plan. Sales plan adalah rencana
penjualan perusahaan secara total dan per divisi marketing. Sales plan
di-breakdown oleh departemen sales dan marketing dan juga Finance, menjadi
angka perkiraan penjualan (Sales Forecast) per divisi dan per produk dalam
satuan unit dan value.
Sales Forecast
diberikan kepada PPIC tidak hanya untuk 1 tahun tetapi lebih, misalnya sampai 5
tahun. PPIC memprosesnya menjadi Production plan (PP) 1 sampai 5 tahun, Master
production schedule (MPS) dan Capacity requirement plan (CRP), setelah
disetujui oleh PPIC Manager, Production manager dan Factory Manager kemudian
PPIC membuat Material requirement plan (MRP) dan Purchase Plan material.
Purchase plan
materials diserahkan kepada Procurement manager untuk diproses lebih lanjut
diantaranya terkait dengan kontrak pembelian dengan supplier.
Sedangkan PP dan MPS
digunakan sebagai dasar membuat Budget di setiap departemen, contoh: departemen
produksi, QC, dll. PP dan MPS juga digunakan sebagai dasar pembelian investasi,
contoh: mesin produksi, peralatan di dept QC dan dept R&D, atau fasilitas lainnya,
itulah sebabnya mengapa dibutuhkan sales forecast yg time horizon nya cukup
panjang.
Produksi juga
menggunakan CRP untuk menghitung budget overtime atau tenaga kerja kontrak yg
dibutuhkan, dalam hal ini produksi juga berkoordinasi dengan dept HRD.
PP dan MPS per tahun
tersebut kemudian setiap bulan diupdate lagi dengan mempertimbangkan actual
sales yg terjadi. Setiap bulan PPIC membuat PP, MPS, CRP dan MRP, setelah
disetujui oleh PPIC Manager, Production Manager dan Factory manager, kemudian
PPIC (Planner) menerbitkan 2 output berikut ini:
- Purchase request (PR) : permintaan pembelian
material, yg akan diserahkan kepada dept Procurement.
- Manufacturing order (MO) : permintaan utk
memproduksi suatu batch dengan jumlah tertentu, yg akan diserahkan kepada
dept Produksi.
Sampai disini tahap
Planning sudah selesai.
Dilanjutkan dengan
tahap Execution, yaitu meng-eksekusi PR dengan proses pembelian dilakukan oleh
dept Procurement dan meng-eksekusi MO dengan proses produksi dilakukan oleh
dept Produksi.
PR dan MO yg
diterbitkan oleh PPIC harus dimonitor progress-nya sudah sampai tahap mana.
Bisa dicek di sistem komputer atau by email kpd masing-masing departemen
terkait atau pada weekly/monthly meeting dengan Procurement atau Produksi.
Kemudian tahap
Evaluation yang dilakukan setiap hari/minggu dan bulan, sebagai contoh adalah
Laporan hasil output produksi dari departemen produksi, Laporan hasil
penerimaan material dari bagian Warehouse, dsb.
Pada tahap evaluasi
dapat diketahui dengan segera jika terdapat deviasi sehingga bisa segera dibuat
action plan, misalnya output produksi hari ini atau minggu ini tidak sesuai
dengan target, setelah dicek ternyata ada mesin yg downtime, sehingga Produksi
segera berkoordinasi dengan dept Technical service, dan jika ternyata downtime
berkepanjangan bisa diambil langkah lainnya, misalnya menggunakan mesin
alternatif atau termasuk dicek kembali sistem preventive maintenance mesin tsb
apakah sudah memadai atau belum, dsb.
PPIC juga menyampaikan
progress Sales Forecast dari marketing dan Sales Order dari distributor, kepada
marketing, contohnya Laporan sales forecast vs actual sales order dan
sales order vs actual delivery. Biasanya marketing hanya berkomunikasi dengan
PPIC dan PPIC yg mengkoordinasikan Sales Forecast tsb dengan departemen lain di
pabrik.
Sampai disini dulu ya belajar PPIC nya …………
Referensi:
Jr.Tony Arnold., Stephen N. Chapman., Llyoid M. Clive.2008. Introduction to
material management. 6th edition.Prentice Hall.
Bermanfaat.. lanjutkan ,
BalasHapusBermanfaat.. lanjutkan ,
BalasHapusohhhhhhhhhh
BalasHapus